3 Malam tidur di kapal! (Sailing trip, Lombok - Flores, Nusa Tenggara Timur)



Keindahan Flores mungkin sudah sering didengar sebagian dari kita, karena itu dalam posting kali ini saya gak akan membahas keindahan Flores, melainkan akomodasi selama di sana. Pada akhir Juli 2016 lalu, saya kut sailing trip ke Flores dari lombok, selama 4 hari. Yup, sailing trip berarti saya dan teman-teman menghabiskan waktu kami di kapal sampai perjalanan selesai. 

Kapal yang saya tumpangi adalah kapal kayu berwarna putih yang bernama Duta Samota. Kapal berangkat dari Pelabuhan Kayu (Lombok) pukul 2 siang, dengan rute perjalanan: Pulau Kenawa - Moyo - Satonda - Gili Laba - Manta Point - Pink Beach - Padar - Komodo - Pulau Rinca - Kelor - Labuhan Bajo.

First impression saya saat melihat kapal ini cukup positif karena jauh lebih bagus dan bersih dari ekspektasi. Waktu saya bilang ke beberapa temen saya kalau saya akan ikut sailing trip ke Flores, mereka langsung mengingatkan saya kalau di dalam kapal gak bisa pipis karena jorok, gak bisa mandi, gak ada AC, tidur hanya seadanya, dsb. Well.. memang bagian gak mandi itu bener sih, cuma untuk ke toilet dan tempat tidur menurut saya cukup OK. Kamar tidur ada di lantai atas (hanya satu ruangan berisi 30 matras, selimut, dan dibatasi oleh pembatas kayu pendek sebagai pemisah antara laki-laki dan perempuan).

Kamar tidur di lantai 2
Di lantai bawah terdapat 2 kamar pribadi, yang disewakan dengan harga yang lebih mahal. Dengan menyewa kamar tersebut berarti tidak perlu tidur beramai-ramai di dek lantai atas, melainkan mendapat ruang kapasitas 2 orang secara private. Menurut saya, tidur beramai-ramai di atas lebih nyaman karena jendela terbuka dan tidak pengap seperti di dalam kamar. Apalagi saya pergi ber-19, yang berarti mayoritas dek diisi oleh teman saya (sisanya adalah 10 orang turis asing). Di dalam kapal ini ada juga dapur, ruang tengah, satu toilet duduk dan satu toilet jongkok yang menurut saya cukup bersih.

Untuk makanan, awak kapal menyediakan makanan 3 kali sehari dan 1 liter air putih dalam botol setiap harinya. Saat waktu makan datang, mereka akan menggelar karpet dan kami semua makan lesehan dengan menu yang sudah disediakan. Setelah selesai makan, awak kapal akan membersihkan dan kembali menggulung karpet. Makan siang dan malam adalah makanan khas Indonesia, seperti nasi putih, sayur, ikan, mie goreng, dan pilihan buah antara pisang, nanas, dan pepaya. Untuk sarapan, bergantian antara roti dan pancake.

Suasana makan siang hari pertama di kapal

Bagi yang sering mabuk laut, tentu aja perlu membawa obat anti mabuk. Selama 3 malam di kapal tentunya ada saat dimana ombak terasa kencang dan yang biasa mabuk laut sudah pasti gak tahan. Oh iya, jangan lupa membawa jaket karena terkadang malamnya cukup dingin, apalagi kamar di dek gak ada jendelanya.

Terus gimana sih kehidupan sehari-hari di kapal? Sepanjang perjalanan dari Lombok ke Flores kita melewati banyak pulau-pulau yang bagus, jadi setiap melewati pulau (yang memang dijadikan tempat turis) kita berhenti sebentar untuk tracking, snorkeling, diving, ataupun sekadar istirahat. Durasi perjalanan antarpulau juga bermacam-macam, ada yang hanya 1 jam, 2 jam, atau sampai 14 jam seperti perjalanan dari pulau Satonda ke Gili Lawa. Kalau sedang perjalanan panjang, kita biasanya hanya mengobrol di ruang tengah atau terkadang main kartu.

Masalah mandi, saat pertama saya masuk kapal saya langsung tanya ke awak kapal, 'Pak kalau mau mandi nanti gimana, ya?' dan reaksi si bapak malah bingung, 'Oh nanti ada yang mau mandi-mandi?' Ternyata mandi itu bukan sesuatu yang wajar dalam sailing trip seperti ini. Air yang disediakan di kamar mandi adalah air yang ditimba dari laut, jadi ya percuma aja mandi. Kalau mau mandi, ya berenang aja. Walaupun begitu, kita bisa minta air payau yang sudah disediakan oleh crew kapal kalau kita mau cuci muka ataupun cuci tangan.

Kegiatan paling berkesan menurut saya adalah naik ke atap kapal di malam hari. Disana, kita bisa tidur terlentang dan melihat banyaaaaaaak sekali bintang, sesuatu yang gak bisa saya lakukan di Jakarta, karena katanya sih bintangnya tertutup asap polusi. Selama 3 malam di kapal itulah langit dengan bintang terbanyak yang pernah saya lihat, ditambah lagi belasan bahkan puluhan bintang jatuh yang saya lihat bersama teman-teman saya.

Kapal-kapal yang sedang parkir di Labuhan Bajo

Secara keseluruhan, apa saya merekomendasikan akomodasi ini? Hm.. jawabannya tergantung. Tergantung usia dan gaya travelling.

Dilihat dari usia, menurut saya trip ini hanya sesuai untuk anak muda aja. Dari segi kapal, posisi kamar tidur terletak di atas dan untuk naik ke atas tangganya cukup sulit dinaiki oleh orang tua. Ditambah lagi langit-langit kamar yang pendek sehingga kita harus nunduk selama ada di dalam kamar. Orang tua pasti merasa pegal dan gak nyaman. Selain itu, pulau-pulau yang disinggahi sebagian besar butuh tracking dengan jarak yang cukup jauh dan medan yang terkadang sulit dilalui.

Bagi kalian para backpacker, menurut saya perjalanan ini sangat recommended. Dengan budget yang minim, akomodasi di kapal cukup bersih dan nyaman. Oh iya, trip ini cocok untuk kalian yang pergi dengan teman-teman dan bukan dengan keluarga. Kebayang repotnya kalau pergi dengan orang tua ataupun anak-anak yang usianya terlalu kecil, pasti mereka gak terlalu menikmati perjalanan di kapal.


0 comments:

Post a Comment